Follow Me @nilamodang

Friday, 27 April 2012

Langit Senja

Matahari tergelincir di ufuk barat. Langit dihiasi lembayung senja. Jingga. Goresannya di langit tak menentu. Abstrak, seperti apa yang ku rasakan sekarang. Aku tak merasa gembira. Ada sedikit rasa hampa yang menyelimuti hati ini. Tak pula sesak karena masih ada sedikit udara yang memelukku. Ya, lukisan langit senja tak sama seperti lukisan yang menari-nari di otakku.

Si planet merah sudah menampakkan wujudnya. Di sampingnya tampak si bulan telah mempersembahkan senyumannya yang paling indah untuk insan-insan di bumi malam ini. Aku terdiam melihatnya. Aku tak membalas senyumannya. Hanya menatapnya dengan tatapan kosong dengan sejuta pemikiran yang harus segera aku limpahkan.

Satu persatu bintang mulai berani menyapaku. Tapi aku masih tetap diam. Seolah-olah tersirat kebencian dari sudut mataku...

Ingin rasanya aku menangis di bawah hamparan langit senja. Mengadu. Merintih. Tapi aku masih tetap diam. Aku memaki diriku. Mencabik remuk semua egoku. Membunuh si pengalah. Kemudian aku diam. Diam. Diam. Diam. AKU CUMA BISA DIAM! Aku tak bisa membuka mulutku untuk mulai berucap. Aku tak bisa menjatuhkan air mata karena tertahan di kelopak mata. Aku tak bisa meluruskan benang kusut ini.

Tak adakah yang mau mengerti ada apa sebenernya denganku? Tak adakah yang mau meluangkan sedikit waktunya untuk mendengarkanku. Tak adakah yang mau meminjamkan tubuhnya untuk aku peluk?

Langit senja mulai menghilang, berubah dengan hamparan langit kelabu. Si jingga segan dengan sang raja malam. Dia pamit, dan aku masih tetap diam, menatapnya pergi...

No comments:

Post a Comment

Protected by Copyscape Duplicate Content Penalty Protection