duduk di teras rumah di temani sinar bulan. hamparan langit luas berkelap kelip karna ulah para bintang. cahaya temaram, alunan nyanyian merdu serangga. ah, indah sekali.
kamu duduk di sampingku. duduk dengan tenang, melakukan hal serupa seperti yang aku lakukan. menengadahkan kepala ke atas, melihat kerlap-kerlip bintang.
tangan kokoh mu menggenggam tanganku. hangat. kamu mengajakku berdiri, lalu merangkulku. kamu mulai menggerakkan kakimu, mengajakku berdansa di tengah sinar temaram bulan. kau tersenyum, merengkuhku.
sedetik, dua detik aku nikmati. perlahan rangkulanmu melonggar. kamu masih saja tersenyum dan aku terpana. bingung. aku mencari-cari jawaban dari kedua sorot mata hitam jernih mu itu. kamu masih tersenyum. dan aku terpaku.
dadaku bergemuruh setiap kali kamu melihatku seperti itu. aku hilang akal setiap kali kamu tersenyum seperti itu. mungkin saat itu kamu bisa mendengarkan irama jantungku yang tak wajar. dan pastinya kamu merasakan tanganku yang sedang kamu genggam mulai dingin.
di bawah sinar bulan. senyuman hangat, tatapan sejuk, dan lengan kekar yang melindungiku melengkapi indahnya malam ini.
hamparan bintang. andai saja aku tak segan-segan mengatakan 3 kata sederhana itu. tapi sayangnya jantungku tak pernah kuat, aku selalu merasa malaikat maut berdiri di sebelahku, siap menampung jantungku yang akan segera lepas jika ku katakan 3 kata itu.
sinar bulan, hamparan bintang, nyanyian serangga. malam yang sempurna.
No comments:
Post a Comment