Follow Me @nilamodang

Tuesday 2 May 2017

Calon Saya, Pak

Sering kali ada pertayaan dari atasannya mengenai calon pendamping hidup aa. Iya, aku memanggilnya aa karena dia lelaki keturunan Sunda. Panggilan by request dari aa soalnya aku lebih senang memanggil seseorang dengan sebutan yang dia senangi. Di samping itu, aku juga dapat pahala. Hehe.

Kembali lagi ke pertanyaan si calon pendamping hidup aa. Jawaban yang aa lontarkan kepada atasannya merujuk kepadaku. Tentu saja aku selalu merasa senang setiap kali dia memperkenalkanku kepada orang lain sebagai calon saya. Bukan pacar saya.

Tapi ternyata, aku menemukan sedikit beban untuk sebutan itu meskipun tentu saja rasa senang dan bangga lebih mendominasi. Aku tahu dan sadar bahwa kami menjalani hubungan ini dengan basis serius. Namun, menurutku selamanya rasa tidak siap itu akan muncul sebelum memulai suatu tahap baru dalam kehidupan.

Mamaku sudah menceritakan tentang aa ke keluarga besarku di Jogja. Entahlah. Terkadang itu cukup membebaniku. Perihal karena aku tidak tahu dengan masa depan. Aku cukup takut jika pada akhirnya aa bukan jodohku. Tapi di sisi lain, aku merasa bahwa hubunganku dengan aa banyak yang mendoakan.

Being a wife is about taking care of a man who's been taken care by the best woman in his life. I'm afraid i cant take care of him as good as mamah taken care of him.

Ketakutanku lebih ke kesiapan diriku sendiri. Aku takut aku tidak bisa memenuhi setiap kebutuhan aa. I'd be his life servant for the rest of his life. I'd be his life partner in a lifetime. I'd be a mother for his kids. Am i ready? I should be ready, i know. But, i've never been at that stage before. So i dont exactly know the answer.

Ketidaksiapan itu juga muncul ketika aa meminta izin kepada papah untuk menikah. Ada satu pertanyaan yang membebani pikiranku. Bisakah aku memenuhi kriteria aa dalam mengurusnya nanti?

Sejauh ini, aku memang tidak menemukan titik dimana aa tidak serius denganku, dengan hubungan kami. Dan aku bersyukur akan hal itu. Ketakutan hanya ada pada diriku. Dan menurutku ketakutan ini akan muncul ketika seorang wanita akan menikah.

Aku juga masih mencari alasan tentang keyakinan untuk menikah. Point-nya adalah kapan kamu yakin bahwa itu adalah benar-benar kesiapan untuk menikah, bukan karena nafsu atas keinginanmu untuk menikah.

Aa dengan keyakinan dan keseriusannya kepadaku seharusnya tidak boleh membuatku merasa tidak siap seperti ini. Dia sudah memercayakan kepadaku dan aku harus membalasnya dengan memberikan yang terbaik untuknya. Iya, untuk dia yang selalu memperkenalkanku dengan sebutan calon saya.

Ah, doakan saja ya. Aku mohon doa yang terbaik untuk aku dan aa. Semoga rencana dan ketetapan Allah sejalan dengan rencana kami. Aamiin.

No comments:

Post a Comment

Protected by Copyscape Duplicate Content Penalty Protection