Follow Me @nilamodang

Saturday 21 September 2013

Syarat Sakral

16:49 0 Comments
gue mahasiswa tahun akhir dan emang punya target buat men-'DO'-kan diri secepatnya dari kampus. tanggal 2 September gue udah ngajuin proposal skripsi ke jurusan dan tanggal 4 gue udah tau pembimbing gue. perasaan menunggu selama 2 hari itu? kalo lagi kepikiran, wajah seorang dosen killer terbayang di benak gue dan langsung gue tepis sama 2 wajah dosen yang baik. kalo lagi ga kepikiran, gue masih bisa anteng. alhamdulillah, pembimbing gue baik banget!

bimbingan pertama (Rabu, 11 September 2013)
sebelum ke kampus gue prepare dulu tentang bahan proposal gue. jadi kalo ditanya-tanya, gue bisa jawab. nyampe di kampus? menunggu. iya, apalagi kalo bukan itu yang gue lakuin? nungguin dosen nya selesai ngajar. kata om gue, nilai kesabaran buat bimbingan itu musti A+. kita musti mau nunggu berjam-jam cuma demi 10-20 menit bimbingan.

take a deep breath. and i'm in.

gue: buk, mau kenalan dulu. saya nilam, ibuk ditunjuk pak eva buat jadi pembimbing skripsi nilam. ini proposal sama surat permohonannya buk (nyodorin map)
dosen: oh iya, nilam bp berapa? (sambil buka map)
gue: 010 buk..
dosen: loh kok cepet? 
gue: hehe iya buk..

setelah basa-basi, gue diwawancarai sama ibuknya tentang proposal gue. apa hubungan antara tiap variabel independen dengan variabel dependen. kenapa periode penelitiannya itu, kenapa objek penelitiannya itu. gue jelasin semua tanpa cela. ibuknya manggut-manggut dan gue disuruh cari data penelitian. DATA PENELITIAN, BRO!!!! gue ga nyangka bisa secepat dan semulus ini!!!

dosen: nilam mulailah cari data penelitiannya lagi, siapa tau nanti datanya ga sesuai sama judulnya. ini proposalnya ibuk bawa ya
gue: iya buk..

UDAH GITU AJA BIMBINGAN PERTAMA GUE!!!
keluar dari kelas, gue ga berenti senyum. lega. dan hal buruk yang sempat terlintas, ga kejadian. alhamdulillah buat itu..

bimbingan kedua (20 Septembar 2013)
awalnya gue mau bimbingan tanggal 18, tapi belum data nya belum selesai. terus mau bimbingan tanggal 19, pas gue mau ke kelas ibuknya, kelasnya udah bubar. batal.
kebetulan banget, ibuknya jadi dosen penguji seminar skripsi yang gue tonton tanggal 20 itu. selesai seminar, gue langsung ketemu ibuknya buat ngeliatin data penelitian gue. trus gue jelasin kalo data 2 periode di variabel dependen belum dapat. trus ibuknya suruh lanjutin nyari dan bantu gue bikin contoh sample. hari senin gue disuruh menghadap lagi dengan data lengkap.

Allah, makasih banget buat pembimbing baik ini :")

sejauh ini, skripsi thing ini masih sweet banget. mungkin kalo proposal udah di ACC dan data udah mulai diolah, mungkit baru berasa lah gimana sakralnya skripsi kata orang-orang. atau semua bergantung ke pembimbing juga kali ya? :")

lalu hal terberatnya skripsi apa lam?
1. gue kurang tidur banget sejak data penelitian gue kumpulin
2. gue musti bisa bagi prioritas antara tugas dan skripsi
3. kehilangan waktu main
4. kehilangan quality time sama pacar dan make prinsip 'bebas-aktif' ala gue
5. ngerasain sahabat yang mulai jauh

dan buat syarat sakral ini, gue selalu percaya buat opportunity cost nya. yang pasti gue kehilangan point 1 2 3. point 4 dan 5? gue selalu berharap ga. tapi, kalo emang musti di opportunity cost-in juga, gue pasrah buat semuanya...

Monday 16 September 2013

Jika Aku Menjadi

17:50 0 Comments
kali ini cerita tentang adik-adik baru saya di desa ini. beberapa hari di minggu ini, kami, tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Jorong Padang Pulai, Nagari Balimbing, Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat menghabiskan waktu bersama mereka. lalu apa istimewanya? mereka antusias. mereka senang ada kami disini. mereka terhibur. dan kami seolah-olah pahlawan mereka yang menyelamatkan mereka ditengah-tengah kekurangan, ditengah kesepian detik-detik penerimaan rapor, bahkan, ditengah-tengah kebahagian mereka yang serba terbatas.


selayaknya KKN ini semacam reality show 'Jika Aku Menjadi'. apa jadinya jika aku menjadi mereka yang hidup disela-sela kekurangan? apakah aku masih bisa mencapai apa yang telah aku capai selama ini? apakah aku bisa memiliki hampir apa saja yang aku mau? apakah aku bisa mengecap pendidikan hingga sarjana? apakah aku masih bisa bersyukur?

entahlah, jawabku. terkadang semuanya bisa karena terbiasa. mungkin saja aku bisa seperti mereka yang tidak lagi merutuki hidup yang serba terbatas. mungkin aku bisa seperti mereka yang masih bisa tertawa ditengah kepedihan hidup.

jauh dari sumber mata air bersih. sinyal susah. curah hujan kurang. infrastruktur tidak memadai. semuanya serba terbatas. tapi mereka masih bisa tertawa. mereka masih mempunyai semangat juang untuk terus bersekolah. mereka masih bisa menikmati hidup versi mereka.

teruntuk mereka yang mengajari aku arti lain dari sisi kehidupan. mereka, para bocah yang sibuk mengajak aku bermain. para bocah yang tak bosan-bosannya memanggil 'kak, kak, kak' sembari menarik tanganku. 

dari kalian, aku mengerti caranya menghargai hidup..

Sunday 15 September 2013

Keterbatasan yang Tidak Menjadi Keterbatasan

16:28 0 Comments
Bola mata hitam bulat yang teramat jernih. Bola mata itu milik seorang putra desa yang tinggal di desa terpencil. Jauh dari sumber air bersih, sinyal, infrastruktur yang memadai, bahkan guyuran hujan.

Namanya Rayhan, biasa dipanggil Ihan. Dia anak laki-laki satunya. Ayahnya seorang kepala jorong tertinggal. Ibunya seorang petani. Panas terik matahari sudah jadi sahabatnya. Halaman rumah bertanah keras tempat bermainnya. Lantai yang hanya disemen seadanya menjadi kasur baginya dan ayah ibunya. Ruang tamu disulap jadi ruang keluarga jika siang. Ketika hari berganti malam, ruang tamu itu berubah menjadi kamar tempat Ihan menitipkan semua mimpinya.

Dia kerap kali melihatku terpana. Melihat baju yang aku kenakan berbeda dengan baju kumal yang membalut tubuhnya. Melihat tanganku yang tak pernal lepas memegang handphone ataupun kamera berbeda dengan tangannya yang tak lepas memegang kelereng. Melihat kakiku yang dialasi sepatu berbeda dengan kakinya yang langsung berinteraksi dengan tanah.

Namun, Ihan tidak tahu. Aku sering kali mencuri pandang kepadanya. Menikmati tawanya yang khas, tulus, dan lepas. Memamerkan barisan gigi susu yang rapi di gusinya. Menatap kebahagiannya dari larian kecil dia. Seakan-akan segala keterbatasan yang dia hadapi tidak pernah menjadi masalah berarti.

Melihat dan memperhatikan gerak-geriknya saja sudah membuatku damai. Tersenyum tanpa aku sadari. 

Ihan, kapan kita bertemu lagi? Masih ada pelajaran hidup yang ingin kakak petik dari Ihan..

Saturday 14 September 2013

Selamat Ulang Tahun, Ma..

17:29 0 Comments
Dengan bertambahnya usiamu, masih bisakah aku membahagiakanmu, Ma? Masih bisakah aku mewujudkan mimpi-mimpi yang engkau buat untuk aku? Masih bisakah engkau melihat aku dan masa depanku? Masih bisakah tubuhmu menopang badanmu yang mulai ringkih? Masih bisakah, Ma?

Engkaulah pelita dalam gelapnya malam kami. Engkaulah matahari jika awan gelap menjajahi langit hati kami. Engkaulah kehangatan jika dingin menusuk tulang kami. Engkaulah bintang hati kami, Ma.


Selamat ulang tahun, Mama. Semoga keberkahan selalu ada padamu. Semoga lantunan doa di sembah sujudmu untuk keluarga kecilmu ini dikabulkan Tuhan. Semoga tak pernah terputus cinta di senyum indahmu, Ma. Kami mencintaimu..

Friday 13 September 2013

Gerimis, Juni, dan Kita

17:02 0 Comments
Awan kelabu menyelimuti langit yang juga ikut-ikutan kelabu. Perlahan, air langit turun membasahi bumi. Senja mulai menyapa, menuruti panggilan masa. Bintang mulai datang menemani sang Bulan. Namun, awan tebal terlalu jahat untuk menunjukkan kisah mereka.

Gerimis malam itu menemani langkahku dan temanku di awal bulan Juni. Ku cepatkan langkahku agar bisa segera bertemu dengannya. Secercah semangat datang menyinariku, membuatku ingin segera melawan arus waktu.

Gerimis mungkin menangis haru melihat pengorbananku, melihat langkahku yang sempat tersasar di jalanan Cisitu. Merasakan kelembaban jilbab karena keringatku dan hangatnya jaket tak lagi mampu memelukku.

Wajahku menyimpulkan senyum bahagia tiap ku ingat dia. Entah sudah berapa lama sosok itu tak terlihat di depan mata dan saat itu aku siap mengulanginya lagi, berdiri di sampingnya. Merasakan dunia berhenti berputar dan hanya milik berdua.

Aku berdiri kaku di sudut jalan, termenung dengan reaksiku yang sebentar lagi akan bertemu dengannya. Senyum bahagia sulit bersembunyi dari wajah sedangkan gerimis masih setia menemani malam di awal Juni.

Gerimis, Juni, dan Kita
Mungkin itu kenangan terakhir yang aku punya tentangnya. Tentang cinta yang mulai lapuk tertaut jarak. Tentang cinta yang perlahan hilang dimakan waktu. Tentang cinta yang masih diselimuti janji.

Gerimis, Juni, dan Kita
Langit malam di awal Juni mungkin menangisi keadaan kita kini. Langit malam di awal Juni menjadi sahabat terakhir kita. Langit malam di awal Juni telah menyimpan memori bahagia kita. Langit malam di awal Juni bisikkan kepadanya, aku mencintainya....

Thursday 12 September 2013

friendzone?

16:39 0 Comments
awalnya kalian saling kenal melalui hubungan 'teman'. lalu perlahan rasa itu menyeruak di hatimu. mencintainya dengan segala kekurangannya. mencintainya dengan cinta yang awalnya tak bisa ia balas. lalu kau mencuri semuanya dengan perhatianmu. kau curi tawanya dengan kekonyolanmu. kau curi tangisnya dengan ketidaktegasanmu. kau curi hatinya. dan kau curi pikirannya. tak sedetik pun dia tak mengingat dirimu.

kau buat ia berjanji dengan mimpi yang ia ciptakan sendiri, berlari menari di otaknya. setahun tak lama, dan ia akan kembali bersamamu. ya, ia kuat. anggap saja ia sedang cinta sendiri. dan kau tak pernah tau ada seorang gadis yang menyayangimu, memikirkanmu kemana pun dia pergi. bahkan ketika ilmu sedang berlari masuk ke otaknya, dia masih memikirkanmu. ya, semuanya tentang kamu.

tiba saatnya ketika kamu tidak menunjukkan kepedulian sama sekali. dia masih sabar. berusaha membaca pikiranmu dan tetap sabar dengan segala kemungkinan kegiatanmu. di lubuk hatinya yang paling dalam, dia tau bahwa kau menyayanginya. dia tau bahwa kau mengingatnya. tapi, tahu saja tidak cukup. dia perlu diberitahu.

emosinya sedang berada di titik maksimum. hingga akhirnya dia menyerah dan menuruti pikirannya untuk menyerah dengan semua ini, walaupun hatinya masih terlalu kuat untuk menghadapinya saat kau terkesan tak menganggapnya ada. dia tersenyum ketika hatinya menangis. dia tertawa ketika pikirannya tak pernah lari darimu. dia hanya berusaha menganggap tak pernah terjadi apa-apa antara kau dan dia.

jadi, haruskah cerita kalian hanya sebatas friendzone? hanya karena dia takut kehilanganmu. dia takut kehilangan penyemangat hidupnya. dia takut tak ada lagi yang mendengarkan ceritanya. dia takut mimpinya bersamamu tak pernah terwujud. dia takut kau tak pernah lagi disisinya. 

haruskah zona aman itu bernama friendzone? ketika tak perlu merasa takut kehilangan dan merasa tersakiti?

Wednesday 11 September 2013

Semuanya, untuk mereka.

18:19 6 Comments
Jika kamu bertanya apa motivasi aku untuk tetap menatap ke depan disaat-saat terpuruk, mereka jawabannya. Mereka tempat pulang yang nyaman. Tempat aku menjatuhkan air mata ketika semua tidak berpihak lagi kepadaku. Tempatku tertawa terpingkal-pingkal tanpa perlu merasa dibilang aneh. Semuanya tentram, aman, dan damai.

Mama. 
Seorang wanita muda yang dulu rela merasakan susah senangnya mengandung janin yang kini menjadi aku. Seorang wanita muda yang rela merasakan rasa sakit yang teramat sangat ketika aku meminta untuk menghirup udara dunia. Seorang wanita muda yang rela membagi waktunya untuk merawat dan membesarkanku dengan dunia kerjanya. Seorang wanita paruh baya yang kini sudah mulai wajahnya dihiasi keriput karena anaknya itu sudah menginjak usia 20 tahun. Seorang wanita paruh baya yang hangat pelukannya tak ada tandingannya di dunia ini. Mama, malaikatku.

Papi.
Seorang pria yang beruntung karena telah mempersunting mama untuk menjadikannya pasangan hidupnya hingga maut memisahkan. Seorang pria yang rela membanting tulang untuk kami, keluarganya. Seorang pria  yang tidak banyak bicara dan tidak terlalu banyak tawa di wajahnya. Seorang pria yang selalu menjagaku dan adikku tanpa kami ketahui secara langsung. Seorang pria yang tak pernah bisa berkata tidak untuk permintaan bidadari-bidadarinya ini. Seorang pria yang petuah-petuahnya selalu benar. Seorang pria yang selalu menjadi 'pacar' terbaikku. Papi, pahlawanku.

Iya, adikku.
Seseorang yang dulu kehadirannya ku nanti. Seseorang yang telah lebih banyak merasakan pahitnya kehidupan daripada aku. Kata mama, aku tak ingin beranjak dari rumah sakit tempat adikku dilahirkan karena aku ingin selalu berada di sampingnya. Seseorang yang menjadi teman bermain. Seseorang yang selalu suka 'ngajak ribut'. Seseorang yang sering aku usili. Seseorang yang kini beranjak dewasa dan sudah bisa diandalkan untuk menjadi sahabat yang baik. Adikku, lawan terberatku dalam berargumen.

Mereka pelengkapku. Mereka tempatku mengadu. Dan mereka alasan aku untuk meraih pencapaian-pencapaian yang telah aku raih. Mereka alasan pertama kenapa aku ingin segera menyelesaikan studi di bangku perkuliahan. Mereka alasan kenapa aku ingin segera bekerja. Mereka alasan kenapa semua mimpi-mimpi itu harus segera aku wujudkan.

Teruntuk mama, papi, dan iya, usaha ini untuk kalian. Sesuatu yang bernama skripsi yang menjadi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi.

Protected by Copyscape Duplicate Content Penalty Protection