Follow Me @nilamodang

Friday 13 September 2013

Gerimis, Juni, dan Kita

Awan kelabu menyelimuti langit yang juga ikut-ikutan kelabu. Perlahan, air langit turun membasahi bumi. Senja mulai menyapa, menuruti panggilan masa. Bintang mulai datang menemani sang Bulan. Namun, awan tebal terlalu jahat untuk menunjukkan kisah mereka.

Gerimis malam itu menemani langkahku dan temanku di awal bulan Juni. Ku cepatkan langkahku agar bisa segera bertemu dengannya. Secercah semangat datang menyinariku, membuatku ingin segera melawan arus waktu.

Gerimis mungkin menangis haru melihat pengorbananku, melihat langkahku yang sempat tersasar di jalanan Cisitu. Merasakan kelembaban jilbab karena keringatku dan hangatnya jaket tak lagi mampu memelukku.

Wajahku menyimpulkan senyum bahagia tiap ku ingat dia. Entah sudah berapa lama sosok itu tak terlihat di depan mata dan saat itu aku siap mengulanginya lagi, berdiri di sampingnya. Merasakan dunia berhenti berputar dan hanya milik berdua.

Aku berdiri kaku di sudut jalan, termenung dengan reaksiku yang sebentar lagi akan bertemu dengannya. Senyum bahagia sulit bersembunyi dari wajah sedangkan gerimis masih setia menemani malam di awal Juni.

Gerimis, Juni, dan Kita
Mungkin itu kenangan terakhir yang aku punya tentangnya. Tentang cinta yang mulai lapuk tertaut jarak. Tentang cinta yang perlahan hilang dimakan waktu. Tentang cinta yang masih diselimuti janji.

Gerimis, Juni, dan Kita
Langit malam di awal Juni mungkin menangisi keadaan kita kini. Langit malam di awal Juni menjadi sahabat terakhir kita. Langit malam di awal Juni telah menyimpan memori bahagia kita. Langit malam di awal Juni bisikkan kepadanya, aku mencintainya....

No comments:

Post a Comment

Protected by Copyscape Duplicate Content Penalty Protection